SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG

Informasi Pendaftaran | +62895630912380 | mail@smamsa.sch.id

Color Version

Parenting SMAMSA Ajak Orangtua Bijaksana Menerapkan Pola Asuh Anak

ORO-ORO DOWO-Menumbuhkan semangat menjadi unggul dan prestasi, diperlukan sinergi segitiga kerucut. Maksudnya dukungan sekolah, siswa, dan orangtua siswa. Terkait tiga dukungan ini, Sabtu (26/10), pengurus SMA Muhammadiyah 1 disingkat SMAMSA Kota Malang, mengadakan motivasi parenting bertema Menjadi Orang Tua Yang Didambakan Anak. “Kami sudah lama merencakan parenting ini, kebetulan kami ada waktunya sekarang. Selain itu kami ingin melibatkan orang tua mendukung program pendidikan sekolah yang berlangsung. Sebab siswa merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah dan orang tua,” ujar Waka Humas SMAMSA Kota Malang, Yuni Lestari, S.S.

Tema yang diusung parenting kali ini, lanjut Yuni-nama panggilan Yuni Lestari-disampaikan oleh seorang motivator bernama Dr. Abdul Madjid Syams, MA. Materi parenting meliputi cara pengasuhan anak hebat dan berkarakter. Salah satunya orang tua harus sholeh dan memperbaiki diri.

Parenting SMAMSA Ajak Orangtua Bijaksana Menerapkan Pola Asuh Anak 1Tampak salah satu orang tua siswa sedang memegang kepala, ketika mencermati isi parenting tentang pola asuh anak.

Kenapa? Yuni menirukan isi pemateri menyebutkan anak tumbuh dan berkembang karena dua hal. Hereditas (genetik) dan lingkungan. Maksud dari hereditas adalah nilai-nilai yang diturunkan dari ayah dan ibunya. Seperti tercantum dalam kitab (Al ‘Ulum Wa Al Hikam I:467)

Oleh sebab itu, kata Yuni, harus diteliti model pengasuhan anak jika ada anak (siswa) yang berkarakter atau bersikap kurang tepat. Model pengasuhan tersebut ada 3 macam. Yaitu demokratis, otoriter, dan permisif.

Parenting SMAMSA Ajak Orangtua Bijaksana Menerapkan Pola Asuh Anak 2Ibu dari siswa SMAMSA, mencoba mencatat poin tentang pola asuh anak.

Dijelaskan Yuni, tetap menirukan pemateri. Sikap pengasuhan yang otoriter adalah anak harus tunduk dan patuh pada orang tua. Kontrol orang tua kepada anak terlalu ketat sehingga anak merasa terkekang bahkan tertekan Karena kadangkala menerima hukuman. Jika yang terjadi seperti ini, anak akan melakukan pemberontakan dan pembalasan di kemudian hari.

Pola asuh persmisif, kata Yuni, orang tua membiarkan anaknya berbuat semaunya. Tidak dikontrol dan tidak diberi pujian dan tidak ada hukuman. Semua terserah apa yang dilakukan anak. Hal ini akan menjadikan anak hilang kendali. Terakhir pola asuh demokratis, ungkap Yuni, pola asuh ini adalah pola asuh yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wassallam. Sebab anak diberi kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal. Anak diakui pribadinya dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan, dan menetapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. (foto: humas smamsa/ pewarta: doni osmon)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Scroll to Top